Jumat, 27 November 2015

 Curug Dago Keindahan Tersembunyi di Bandung
           Curug Dago merupakan sebuah objek wisata Air terjun di bandung yang memiliki ketinggian air sekitar 12 m saja dan berada pada ketinggian sekitar 800 meter diatas permukaan laut. Terbentuknya curug ini berasal dari aliran sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya dan memasuki kota Bandung.

Karena lokasinya bisa dikatakan tersembunyi, dan berada di daerah Bukit Dago yang masih termasuk dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Bandung, dan kurangnya promosi wisata membuat curug ini semakin sedikit pengunjungnya. Walaupun demikian wisata Curug Dago menyimpan jejak sejarah dari Kerajaan Thailand. Tidak jauh dari air terjun, terdapat dua buah prasasti batu tulis bekas peninggalan sejarah pada tahun 1818 M.  Menurut penafsiran dari para ahli sejarah, dua prasasti tersebut merupakan peninggalan dari Raja Rama V  atau Raja Chulalonkorn dan Raja Rama VII atau Pradjathipok Pharaminthara yang berasal dari dinasti Chakri dan pernah berkunjung ke Curug Dago.

Curug Dago
Curug Dago

Saat ini keadaan wisata Curug Dago sudah banyak mengalami perubahan, salah satunya adalah kondisi air sungainya yang keruh dan berwarna kecoklatan dan juga sudah mulai banyak sampah yang mengotori aliran sungai. Hal ini terjadi karena sudah banyaknya pemukiman yang terdapat diatas Curug serta semakin banyaknya pabrik-pabrik pengolahan yang menyebabkan hutan yang dahulunya berfungsi sebagai pelindung ekosistim alam semakin lama semakin tergerus.

Lokasi Curug Dago :

Curug Dago terletak di Desa Dago, Kec. Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat, Pulau Jawa, Indonesia. Terletak sekitar 8 km dari pusat kota Bandung menuju arah utara. Untuk Anda yang ingin menuju kawasan wisata ke Curug Dago ada dua jalan alternatif yang dapat Anda tempuh. Dapat melewati jalan di seberang Terminal dago atau melewati Taman Budaya Ganesha Dago atau Dago Tea House yang berada di Jl, Ir. Djuanda.  Pada kedua jalan tersebut Anda hanya dapat menggunakan kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki.

Jika Anda mengambil rute dari Terminal Dago, kemudian masuk ke jalan setapak yang berukuran satu meter, setelah Anda menempuh waktu kira-kira sekitar setengah km dari jalan besar. Kondisi jalannya sudah dibeton dan cukup rapi sehingga akan lebih terasa nyaman untuk dilewati. Untuk Anda yang membawa kendaraan sendiri bisa memarkirnya di pelataran parkir Taman Budaya dan kemudian Anda masih harus melewati jalan setapak dengan anak tangga menurun yang cukup curam.

Seratus meter sebelum sampai di curug, Anda akan menemui plang nama curug yang tulisannya sudah mulai terkelupas di sana sini. Tidak jauh dari plang tersebut ada sebuah pelataran yang cukup luas untuk parkir motor. Dari parkiran ini terdapat sebuah jembatan membentang di Sungai Cikapundun dan menghubungkan sisi kiri dan kanan jeram yang berbatu hitam terbuat dari batuan andesit, itu merupakan bagian atas dari Curug Dago.

Untuk dapat mencapai dasar curug perjalanan masih diteruskan hanya dengan berjalan kaki melewati turunan anak tangga yang terbuat dari beton lagi yang lebih curam dan licin dari sebelumnya dengan pagar yang sudah tidak utuh lagi dan besi pegangannya pun tidak ada. Setelah Anda menuruni anak tangga tersebut sekitar 100 m lagi maka Anda akan sampai di lokasi curug berada.

Pada sekitar kawasan curug ini ada sebuah warung dan juga dua bangunan yang berfungsi sebagai tempat beristirahat. Tempat duduk yang terbuat dari beton juga sudah disiapkan di taman tersebut. Sayangnya jika Anda ingin mencapai curug ini tidak akan menjumpai papan petunjuk, sehingga Anda harus banyak bertanya pada penduduk sekitar Curug.

Sumber : Sites.google.com
Curug Luhur Bogor
Pemandangan jatuhnya air di Curug Luhur Bogor
Curug Luhur adalah nama sebuah air terjun yang berada di kaki Gunung Salak. Curug artinya dalam bahasa Sunda adalah air terjun dan luhur artinya tinggi. Nama curug ini bisa diartikan sebagai curug tinggi atau tertinggi. Nama ini mengacu pada fisiknya yang merupakan yang tertinggi diantara berbagai curug yang ada di kaki gunung simbol Bogor tersebut. Tinggi curug ini sekitar 62 meter dari permukaan tanah.
Curug Luhur sudah sejak lama merupakan sebuah obyek wisata yang mengandalkan pada keindahan alam sekitarnya. Disana terdapat kolam air tepat dibawah curahan air. Sekitarnya pun terdapat sungai kecil yang mengalirkan air dari sang air terjun. Panorama alam yang asri dan tenang dulu merupakan hal yang dikedepankan untuk menarik pengunjung.

Lokasi

Curug Luhur terdapat di Desa Ciapus Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Jaraknya sekitar 20-22 kilometer (diukur memakai odometer Supra Fit November 2014 yang lalu) dari Kebun Raya Bogor. Waktu tempuh (tergantung jenis angkutan yang dipakai serta kondisi lalu lintas) berkisar antara 1 sampai 1 1/2 jam.

Cara menuju ke Curug Luhur

Bila memakai kendaraan pribadi, lokasinya dapat dicapai melalui dua jalur (dari Jakarta)
  1. Melalui Kebun Raya – Empang – Cikaret – Ciapus
  2. Melalui Jalan Soleh Iskandar – Jalan Ciomas – Laladon – Simpang Pagelaran (belok kanan lurus) – Curug Luhur
Jaraknya hampir sama. Hanya di opsi no 2 tingkat kepadatan lalu lintas lebih rendah karena melalui jalur perkampungan. Walaupun demikian jalur no 2, jalannya sudah teraspal dengan baik.
Kalau memakai kendaraan umum tersedia angkot no 03 Biru jurusan Ramayana – Ciapus tersedia di depan Bogor Trade Mall/Museum Zoologi. Sayangnya angkot ini akhir rutenya adalah di perempatan Ciapus yang jaraknya masih 7 kilometer dari lokasi. Secara resmi tidak ada angkot lanjutan menuju loasi curug. Walaupun demikian seringkali angkot no 03 Biru ini bisa melanjutkan perjalanan dengan ongkos ekstra (kalau penumpangnya penuh).
Oleh karena itu disarankan lebih baik memakai kendaraan pribadi apabila hendak ke Curug Luhur
Taman Wisata Curug Luhur Bogor
Perosotan di Taman Wisata Curug Luhur Bogor

Harga Tiket

Curug Luhur atau namanya sekarang Taman Wisata Curug Luhur dikelola pihak swasta yang menerapkan tarif masuk sebesar
Tiket masuk        :  Ro. 40,000.- per orang
Tarif Parkir          :   Rp. 8,000/per sepeda motor dan  Rp. 20,000/per mobil
Tarif ini adalah tarif resmi. Hanya biasanya ada pungutan tambahan dari ‘preman’ sekitar dengan alasan jasa parkir dan lain sebagainya

Apa yang ada di Curug Luhur?

Berbeda dari masa lalu Taman Wisata curug ini tidak lagi mengandalkan curugnya sendiri dan keindahan alam sekitar. Taman wisata ini mengandalkan pada sebuah “waterboom” atau “water adventure park” seperti yang ada di kota. Terdapat berbagai macam kolam buatan untuk berbagai usia. Perosotan mengulir menuju kolam-kolam pun menunjukkan sebuah usaha meniru taman rekreasi air yang banyak terdapat di kota Bogor. Air untuk kolam berasal dari aliran air yang sama dengan air terjunnya sehingga terasa dingin.
Air terjun-nya sendiri masih ada hanya sudah dipagari dan pengunjung tidak diperkenankan bermain di dalam kolam alami di bawah curug.
Selain itu di dalam kompleks taman wisata ini terdapat banyak warung-warung yang menyediakan jajanan serta souvenir.
Taman Wisata Curug Luhur
Fasilitas yang ada di Curug Luhur
Sekilas Pandang
Sayang! Saya merasa sayang sekali dengan perubahan yang terjadi di Curug Luhur. Di masa sudah semakin sulit mencari nuansa alami dari alam, satu lagi sebuah keindahan alam harus ditukar untuk kepentingan komersial.
Kalau melihat situasinya saat ini tidak terlihat lagi adanya panorama alam yang menenangkan. Rimbunnya pepohonan sudah ditukar dengan berbagai bangunan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pengelola tempat ini sepertinya hanya mencoba meniru hal-hal yang sedang ngetrend di kota untuk menarik pengunjung. Tidak terlihat untuk mencoba mengharmonisasi bentuk dari berbagai bangunan dan fasilitas yang ada dengan alam sekitar. Rupanya prinsip yang penting menghasilkan pun dipakai disini.
Padahal kalau mengedepankan konsep waterboom sendiri di kota Bogor sudah terdapat banyak sekali tempat wisata dengan konsep yang sama seperti Marco Polo Water Adventure, The Jungle, Zam Zam Tirta. Fasilitas dan keamanan di taman wisata sejenis yang ada di kota Bogor jauh lebih lengkap. Selain itu jaraknya tidak jauh dari pusat kota dibandingkan harus ke Taman Wisata Curug Luhur.
Tiket masuknya pun tergolong cukup mahal mengingat Zam Zam Tirta hanya Rp 15,000 di hari biasa dan Rp. 25,000 saja di hari libur/akhir pekan . Marcopolo Water Adventure mengenakan tarif Rp 45,000 hari biasa dan Rp 60,000 akhir pekan atau hari libur sekali lagi dengan fasilitas yang lebih lengkap dan tempat parkir yang terjamin (tarif parkir juga lebih murah). Keduanya pun mudah diakses dari kota Bogor.
Sepertinya pengelola Taman Wisata Curug Luhur mengandalkan pada nama tenar sang air terjun yang sudah dikenal bahkan di luar Bogor terutama warga Jakarta. Hanya pertanyaannya sampai kapan nama besar sang air terjun dapat menopang kehidupan taman wisata tersebut. Terutama bila dalam berbagai sisi ekonomi taman wisata ini tidak akan bisa bersaing dengan tempat rekreasi sejenis.
Pertanyaan lanjutannya, ketika pengelolaan taman wisata ini terhenti karena berbagai alasan kalah bersaing? Lalu apa yang terjadi dengan berbagai bangunan yang ada disana? Bisakah keindahan Curug Luhur dikembalikan seperti semula bila hal tersebut terjadi?
Pertigaan Ciapus
Pertigaan akhir trayek 03 Biru Ramayana Ciapus
Saya mungkin terlalu paranoid dan pesimistis dalam hal ini. Hanya kunjungan terakhir kesana memberi kesan bahwa tempat tersebut kurang begitu terawat. Saya harap ketakutan saya tidak terjadi. Semoga!
Saran
– Perhatikan anak-anak anda selama bermain karena terlihat lantai sekitar taman wisata cukup licin dan di beberapa bagian terlihat lumut
– Jangan pulang terlalu sore mengingat cuaca Bogor sering hujan dan cepat gelap. Jalan ke dan dari lokasi minim penerangan
– Lebih baik memakai kendaraan sendiri karena angkot menuju dan dari lokasi sangat terbatas

Sumber : http://lovelybogor.com/curug-luhur-bogor/
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
https://f2936ec5-a-62cb3a1a-s-sites.googlegroups.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cigamea---bogor/Curug%20Cigamea-91.jpg?attachauth=ANoY7cofEhyq2K4BLUv7m-qbA5jhNrxPMWSM1CrFvBi03csatYkk_BaQNBBZHbtCsHhD9SrB_dVeTfKuvuyANPkcC88HwsbeWO0WMfIom94YEVmU5e2jYihSsMsdf9f75GdFq_SBaTRo20_AYulfcdKC3s5yQ1ZfxCxrD4HNM41VYLzEsaNs73Kpm4IV4sOI-1ZtChw4icVrYvkx5GER34CaNGDWt9BVKagjHIeX1eCL66cRzLB3wBZZEQ-Z-s4GClfZgrMRJNWasryz5gJVqivNHhvjcLmm1Q%3D%3D&attredirects=0Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun utama dengan karakter berbeda. Air terjun pertama lebih dekat dengan jalan masuk, dengan tebing curam menyerupai dinding dan didominasi bebatuan hitam.  Kolam limpahan air yang berada dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak bisa digunakan untuk berenang.

Sementara air terjun kedua berjarak sekitar 30 meter dari air terjun pertama dan berada di celah tebing.  
Air terjun kedua ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan aliran air yang turun semakin lebar membelah tebing bebatuan yang berwarna hitam kecoklatan serta tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama.  Kolam limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dengan warna air yang biru kehijau-hijauan di bagian tengah kolam menandakan bagian tersebut cukup dalam, sehingga bisa digunakan untuk berenang.

Sepintas bila dilihat dari bawah, sumber air yang
berada di atas air terjun kedua ini berada sedikit di bawah air terjun pertama, padahal sebenarnya tidak. Dari hasil pengamatan mulai dari masuk lokasi ini, terlihat jelas bahwa air terjun kedua ini memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari air trjun pertama, namun karena tertutup oleh rimbunnya pepeohonan dan adanya bagian tanah yang sedikit menjorok ke muka, praktis bagian atasnya tidak bisa dilihat saat berada di lokasi

Curug ini berada di
Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) di kaki Gunung Salak di bawah naungan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak).  Di kawasan ini terdapat juga tiga curug lain, yaitu Curug Seribu, Curug Ngumpet dan Curug Cihurang.
 
Sumber : https://f2936ec5-a-62cb3a1a-s-sites.googlegroups.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cigamea---bogor/Curug Cigamea-91.jpg?attachauth=ANoY7cofEhyq2K4BLUv7m-qbA5jhNrxPMW
 Curug Seribu
     
                Curug Seribu adalah air terjun alam terbesar yang pernah saya kunjungi di dalam kawasan Taman Nasional Halimun-Salak, kabupaten Bogor. Namun demikian jalan ke sana adalah yang paling sulit serta paling terjal, dan lebih baik tidak pergi ke sana kecuali anda menikmati perjalanan fisik yang menantang dan benar-benar mencintai alam dalam bentuk aslinya.
Cabang jalan yang mengarah ke tempat parkir saja sudah demikian terjalnya, sehingga Pak Dayat, supir mobil, perlu menyetir dengan kehati-hatian yang lebih. Bagaimanapun, ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang saya miliki selama menelusuri sudut-sudut negeri tercinta ini.
Pak Dayat memarkir mobil di depan sebuah warung yang terlihat sederhana, sekitar 500 meter dari areal parkir yang seharusnya, dikarenakan kondisi jalan yang sangat buruk. Seorang wanita paruh baya mengatakan dengan meyakinkan bahwa perjalanan ke Curug Seribu tidaklah begitu jauh, hanya membutuhkan setengah jam perjalanan saja.
Pengalaman bagaimana pun membuktikan agar kita tidak begitu saja percaya pada orang dusun mengenai jarak dan waktu tempuh, karena mereka cenderung selalu memberi potongan yang lumayan besar.
curug seribu gunung bunder bogor
Sebagian dari ketinggian tebing yang mengarah ke dasar dari Curug Seribu. Pemandangannya sepanjang jalan ke Curug Seribu sangat alami dan indah. Selama beberapa menit berjalan melalui lintasan menurun berbatu, masih terasa agak ringan.
Sebatang pohon tumbang melintang di lintasan jalan yang memaksa kami merunduk untuk melewatinya. Dalam sepuluh menit pertama perjalanan ke Curug Seribu, kami berpapasan dengan sepasang anak muda yang tengah terengah-engah menata nafas sambil beristirahat dan terlihat seperti terkuras tenaganya.
Mereka membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai ke Curug Seribu. Meskipun sedikit ragu, saya memutuskan meneruskan perjalanan. Semakin jauh kami melangkah lintasannya kadang naik namun kebanyakan turun. Turunan ke bawah semakin dalam dengan batu tidak beraturan terserak yang bisa sewaktu-waktu melukai kaki.
Kami berpapasan dua remaja lagi dengan paras muka kelelahan, dan mereka menceritakan hal sama tentang jarak dan medan ke Curug Seribu, namun saya sudah di sana dan harus melihat air terjunnya. Setelah 50 menit menempuh perjalanan, sampailah kami di air terjun kecil namun tinggi. Sayup-sayup suara gemuruh Curug Seribu sudah terdengar.
curug seribu gunung bunder bogor
Setelah sekitar lima belas menit lagi berjalan kaki, kami akhirnya sampai di tepi tebing dengan pandangan langsung ke Curug Seribu. Kolam yang terbentuk di dasar Curug terlihat pada gambar di atas.
Air terjun terbesar Curug Seribu yang menebarkan butiran halus air ke segala arah, dan bisa membuat orang basah dalam radius 30 meter hanya dalam beberapa menit. Pemandangan alam Curug Seribu sungguh asli, tanpa terlihat barang atau fasilitas buatan manusia di sana.
Adalah keputusan yang tepat meminta Pak Dayat untuk ikut menemani, tidak saja untuk membawa tas kamera yang lumayan berat serta membawa payung panjang untuk berjaga-jaga jika hujan turun, namun juga sebagai teman dalam perjalanan yang lumayan panjang dan sepi di Curug Seribu ini.
curug seribu gunung bunder bogor
Ada beberapa air terjun kecil di lokasi Curug Seribu ini, selain satu air terjun besar yang gemuruh suaranya bisa terdengar dari jauh. Saat itu adalah akhir musim kemarau, sehingga debit air bisa dua sampai tiga kali lipatnya di saat puncak musim penghujan, dan akan sangat berbahaya berada di sungai ketika terjadi hujan lebat.
Saya memutuskan untuk tidak turun ke dasar sungai, selain sudah terlalu capek secara fisik juga tak melihat ada jalan mudah untuk turun ke sana. Lagipula suasana sangat sepi dan hanya tinggal kami berdua yang berada di tempat itu. Kekhawatiran hujan akan turun juga ada.
Dalam perjalanan pulang dari Curug Seribu saya bertemu sepasang kekasih tengah berada di bebatuan di curug kecil yang terletak beberapa puluh meter sebelum Curug Seribu. Sang gadis menolak untuk berjalan lebih jauh lagi, sekalipun saya beritahu bahwa Curug Seribu sudah cukup dekat.
Di bawah ini video definisi tinggi yang diambil menggunakan kamera Canon 500D. Bunyi berisik yang terdengar adalah suara Curug Seribu.

Perjalan pulang dari Curug Seribu jelas jauh lebih berat. Beruntung, terpikir untuk menggunakan cara berjalan yang kemudian saya namakan jalan ala zombie, yaitu berjalan dengan langkah pendek dengan energi minimum, tanpa usaha yang berlebih ketika menaiki undakan, melangkah pelan ke depan dengan teratur tanpa beristirahat, dan menggunakan payung sebagai tongkat penunjang.
Dengan akal-akalan seperti itu, saya bisa sampai kembali ke warung dimana kami memarkir mobil dengan napas yang masih lumayan teratur. Bukannya mengomel, saya malah berterima kasih kepada ibu pemilik warung karena ‘berbohong’ tentang jarak, karena jika tidak maka saya mungkin tidak akan berani untuk pergi ke Curug Seribu.
CATATAN PENTING !!!
Jangan sekali-sekali mandi di Curug Seribu, sangat berbahaya, karena pusaran air yang sangat kuat.

Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com/curug-seribu-bogor/

Jalan-Jalan ke Curug Layung, Kabupaten Bandung Barat

Selain wisata kuliner dan fashion, tak ada salahnya anda juga coba berkunjung ke objek wisata alam yang ada di Bandung. Ada banyak sekali objek wisata alam yang bisa anda kunjungi di Bandung, mengingat Bandung yang letaknya dilingkung gunung, tentunya akan ada banyak tempat dengan pemandangan indah yang bisa anda nikmati di sekeliling Bandung mulai dari Barat, Timur, Selatan maupun Utara. Salah satu yang bisa dicoba adalah Curug Layung.

Curug dalam bahasa Sunda yang artinya Air Terjun memang banyak terdapat di wilayah Bandung karena di sekeliling gunung-gunung yang mengelilingi Cekungan Bandung terdapat banyak sekali mata air yang mengalir mengarah ke cekungan Bandung. Ada yang memang sudah resmi menjadi tempat wisata dan dikelola dengan cukup baik, namun ada juga yang masih jarang terjamah oleh wisatawan dan nampak masih alami.

Curug Layung via T. Bachtiar Geo 2012


Salah satu curug yang belum banyak dikunjungi wisatawan adalah Curug Layung di Cisarua Lembang. Curug ini merupakan salah satu dari sekian banyak Curug di Aliran sungai Ci Mahi. Terletak di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, Curug ini sempat tertutup untuk umum ketika dulu wilayahnya termasuk ke dalam area latihan Kopassus di kaki Gunung Burangrang. Namun sejak tahun 2012 tempat ini mulai dibuka lagi sebagai objek wisata.

Curug Layung ini tidak terlalu tinggi alirannya, namun memiliki kolam alami yang cukup luas. Biasanya curug ini dijadikan areal berenang bagi para pengunjung yang tahan dengan dinginnya air sungai Ci Mahi yang mengalir dari hulunya di daerah Situ Lembang. Curug ini ada di urutan paling hulu di aliran sungai Ci Mahi, ke arah hilir makin ke bawah masih ada curug lain, yakni Curug Tilu, Curug Bugbrug, Curug Cimahi, Curug Panganten dan Curug Lalay.

Hiking Menuju Curug Layung

Menuju Curug Layung ini terdapat dua jalan utama yang bisa dilewati, yakni lewat jalur Komando dan lewat jalur daerah wisata CIC. Jika dari arah Bandung/Lembang, anda bisa memasuki jalan Kolonel Masturi hingga melewati objek wisata Curug Cimahi lalu masuk ke jalan Komando. Jika dari arah Cimahi, anda bisa melewati jalan Kolonel Masturi lalu masuk ke jalan Komando sebelum objek Wisata Curug Cimahi. Ikuti jalur menanjak hingga masuk gerbang wisata Curug Layung. Di sini anda bisa memarkirkan kendaraan dan membeli tiket masuk seharga Rp 10.000. Dari sini anda bisa hiking menyusuri jalur hutan pinus di kaki gunung Burangrang menuju Curug Layung.

Alternatif lain bisa lewat objek Wisata CIC. Objek wisata CIC ini masih berada di dekat pintu gerbang objek wisata Curug Cimahi. Masuk dan ikuti jalur menuju CIC dan membeli tiket seharga Rp 7000. Dari areal wisata CIC ini anda bisa menuju Curug Layung melewati jalur sungai atau jalur kebun teh. Bagi yang suka hiking, jalur CIC ini lebih menarik karena anda bisa hiking menyusuri jalur sungai Ci Mahi melewati Jembatan Bambu yang melintang di atas aliran sungai sekaligus bisa menikmati Curug Tilu yang mengalir setelah Curug Layung. Anda juga bisa menikmati hijaunya perkebunan teh Sukawana sebelum sampai di Curug Layung.

Dari objek wisata CIC menuju Curug Layung bisa ditempuh dengan waktu 30 menit hingga 1 jam perjalanan jalan kaki menyusuri sungai Ci Mahi. Perjalanan ini akan terbayar dengan indahnya pemandangan sepanjang perjalanan dan juga segarnya air di Curug Layung yang masih bersih dan alami.
 

Sumber : http://reswaraku.blogspot.co.id/2015/01/cari-wisata-murah-di-bandung-coba.html
     GUNUNG AGUNG

     Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem - Bali.
Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.
Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok di sebelah timur, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan, kepulauan Nusa Penida di sebelah selatan beserta pantai-pantainya, termasuk pantai Sanur serta gunung dan danau Batur di sebelah barat laut

Kepercayaan masyarakat

Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa, dan juga masyarakat mempercayai bahwa digunung ini terdapat istana dewata. Oleh karena itu, masyarakat bali menjadikan tempat ini sebagai tempat kramat yang disucikan.

Jalur pendakian

Gunung Api (kiri) adalah titik tertinggi di Bali
Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :
  • Dari selatan adalah dari kecamatan Selat kabupaten Karangasem dengan basecamp di Pura Pasar Agung lewat pasar Selat.
  • Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat nangka
  • Dari barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem. Karena banyak peristiwa kecelakaan dan hilangnya beberapa pendaki, maka sejak Mei 2009 setiap pendakian gunung Agung lewat Sebudi maupun besakih,,karangasem harus memakai jasa pemandu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan tarif yang telah ditentukan.
    • Dari Pura Pasar Agung,Selat: perjalanan kurang lebih 4 jam untuk sampai ke puncak. ( 2.850 m )
    • Dari Pura Besakih, Rendang : perjalanan kurang lebih 6 jam untuk sampai ke puncak. ( ketinggian maks. 3.031 m)
Bagi Setiap Pendaki Disarankan memesan jasa guide sebelum melakukan pendakian.
  • Disarankan bagi para pendaki untuk tidak membawa makanan berbahan sapi, karena area gunung ini sangat disucikan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Agung
  •  
  • Sumber :

Objek wisata Curug Cilember Puncak Bogor


 setelah  objek wisata Curug Panjang  Objek wisata Air terjun di kawasan puncak bogor selanjutnya adalah Curug cilember yang yang bertetangaan dengan kec.megamendung yaitu di cisarua yang tepatnya berlokasi di desa jojogan.


Di wana Wisata Air terjun cilember ini memiliki 7 curug yang berurutan yang memiliki air yang bening ,jernih nan segar, waktu yang ditempuh untuk bisa mencapai ke curug yang ke-1 biasanya membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 3 jam dengan berjalan kaki. urug paling rendah yang sangat gampang dicapai yaitu curug 7. curug 6 terlalu terjal untuk di daki serta umumnya pengunjung mengarahkan tujuan ke curug 5, lebih kurang 20 menit perjalanan dari curug 7. selanjutnya semakin ke atas curug 4 sampai sesungguhnya kurang diminati oleh pengunjung umumnya, ini lebih pada medan berat serta terjal yang perlu di daki, jika anda melancong dengan para penggemar alam atau sejenisnya serta  kemauan mendaki yang kuat kita akan mendapatkan pengalaman  tersendiri.

Banyak Faasilitas yang terdapat disini seperti tempat kemping, penangkaran kkupu-kupu untuk menambah wawasan tentang satwa, penginapan diantara pohon pinus yang mempunyai kesan tersendiri jika kita berencana untuk menginap dan menikmati segarnya udara dipagi hari yang indah sejuk dan damai.

Bagi kita yang memiliki hobi hiking maupun tracking disediakan juga fasilitas untuk menusuri indahnya kawasan hutan  pinus yang memiliki kepuasan tersendiri apal;gi bangi yang sangat hobi berpetualang.
 
Sumber : http://inpo-wisata.blogspot.co.id/2013/06/objek-wisata-curug-cilember-puncak-bogor.html
         Gunung kelud memang mempunyai segudang keindahan yang bisa anda nikmati. Terletak sekitar 30 Km dari pusat Kota Kediri menuju arah timur objek wisata gunung kelud ini memang menjadi salah satu destinasi objek wisata gunung berapi yang sangat indah di jawa timur selain objek wisata gunung bromo atapun objek wisata gunung semeru.

Pada artikel kali ini koswisata menginformasikan kepada anda semua tentang keindahan wisata gunung kelud ini. Perjalanan ke tempat wisata gunung kelud dari kota kediri memang bisa dibilang lumayan jauh. Dan kunjungan koswisata kali ini adalah kunjungan yang ke sekian kalinya ke gunung yang terakhir meletus pada tahun 2007 kemarin. Perjalanan kami mulai dari Kota Kediri pada siang hari sekitar pukul 13.00, tujuan kami berangkat siang hari adalah karena kami ingin menikmati pemandangan indah yang disajikan di jalan menuju kawah gunung kelud.
Dari arah kediri kami berkendara ke timur, dan skitar 1 jam kurang kami berkendara kami sampai di Kecamatan Wates. Bila anda ingin membawa perbekalan untuk di bawa ke Gunung kelud kami sarankan anda mempersiapkannya di daerah wates ini. Dari wates kami terus melanjudkan perjalanan, karena kami sudah tidak sabar ingin cepat sampai tujuan dan segera menikmati keindahan gunung kelud. Bila anda baru pertama datang ke Gunung Kelud anda tidak perlu cemas atau khawatir akan tersesat karenan banyak penunjuk jalan yang siap memandu anda menuju Gunung Kelud. Rute perjalanan dari Kota kediri menuju Gunung Kelud adalah sebagai berikut:

Update Terbaru Penemuan Patung Mahesa Suro sang penunggu gunung kelud setelah erupsi gunung kelud: Munculnya Patung Mahesa Suro Setelah Erupsi Gunung Kelud 

KEDIRI - PESANTREN - WATES - NGANCAR - DESA SUGIHWARAS - GUNUNG KELUD

Wisata Gunung Kelud
Wisata Gunung Kelud

Tiket Masuk Gunung Kelud

Sekitar 35 menit kami berkendara dari Kecamatan Wates tadi kami sampai di pintu gerbang masuk Wisata Gunung kelud. Kami berhenti sebentar untuk membayar tiket masuk. Harga tiket masuknya adalah Rp 5000,- tetapi jika anda berkunjung pada hari Sabtu-Minggu atau hari libur harga tiket naik menjadi Rp 10.000,- . Dari gerbang masuk kami lalu melanjudkan perjalanan kembali, Mulai dari gerbang masuk jalanan semakin menanjak dan berkelok - kelok dan bahkan pada beberapa ruas jalan yang menanjak tajam dan ada yang jalannya sempit.

Gapura Dan Loket Pembelian Tiket Kawasan Wisata Gunung Kelud
Wisata Gunung Kelud
Perjalanan Menuju Gunung Kelud
wisata g.kelud
Perjalanan Menuju Gunung Kelud











Mysterious Road Gunung Kelud

Di tengah perjalanan anda akan di suguhi pemandangan indah khas pegunungan, itu jika anda datang ke sini pada pagi atau siang hari. Sebelum sampai di Gunung kelud anda akan melewati Mysterius Road. Pasti jika anda belum pernah ke sini akan bertanya - tanya apa itu Mysterius Road. Di Tempat Mysterius Road anda akan menjumpai ruas jalan yang terlihat menanjak namun jika kendaraan di hentikan pada posisi netral kendaraan ini akan berjalan naik. Atau lebih gampang untuk pembuktiannya silahkan anda taruh botol air mineral sengan posisi tertidul dan taruh butol air mineral tersebut di posisi jalan paling rendah di lokasi Mysterious Road tersebut. dan secara perlahan botol air mineral tersebut akan menggelundung naik.

Mysterious Road Gunung Kelud
Mysterious Road Gunung Kelud
Misterius Road
Cara Pembuktian Mysterous Road









VIDEO PEMBUKTIAN MYSTERIOUS ROAD GUNUNG KELUD

Lokasi Wisata Gunung Kelud

Akhirnya setelah melewati jalan yang berliku dan menanjak kami sampai juga di tempat parkir Wisata Gunung Kelud. Di sini kami di sambut dengan warung - warung makan yang berjejer rapi. Menu yang di sediakan mulai dari nasi pecel, nasi goreng, mie, soto, bakso, lontong kikil dan berbagai camilan dll. Dari area parkir kami berjalan kaki menuju ke arah anak gunung kelud. untuk sampai ke lokasi anak gunung kelud anda akan melewati terowongan yang panjangnya sekitar 150 m. Di dalam terowongan sudah di pasang lampu agar para wisatawan bisa dengan leluasan berjalan kaki.

Warung Dan Tempat Parkir Gunung Kelud
Setelah melewati terowongan dan berjalan sekitar 10 menit akhirnya kami sampai di anak gunung kelud. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah dan sangat eksotis.

Terowongan Gunung Kelud
Terowongan Menuju Kubah Lava Gunung Kelud

Kubah Lava Gunug Kelud

Sumber Air Panas Gunung Kelud

Setelah anda puas menikmati pemandangan kubah lava gunung kelud sempatkalah juga untuk merasakan sumber air panas yang terletak dibawah gunung kelud. Lokasinya sendiri berada di sebelah kanan sebelum anda memasuki terowongan menuju gunung kelud. Yang perlu anda siapkan disini adalah fisik yang harus prima karena untuk menuju sumber air panas gunung kelud anda harus menuruni tanggga yang lumayan menguras tenaga. Tapi tenang saja begitu anda sampai di sumber air panar gunung kelud semua rasa lelah anda akan terbayar lunas karena anda dapat merasakan hangatnya air yang bersumber dari kawah gunug kelud tersebut.

Sumber Air Panas Gunung Kelud
Sumber Air Panas Gunung Kelud

Update Terbaru Erupsi Gunung Kelud

Update terbaru untuk wisata gunung kelud sementara ini masih ditutup karena erupsi gunung kelud pada hari jumat-14-02-2014 kemarin dan kami masih menunggu kabar selanjudnya dari teman kami yang ada di desa ngancar dan sugihwaras kediri. Kita belum tahu kejutan apa lagi yang akan ditawarkan oleh gunung kelud ini dan semoga setelah wisata gunung kelud dibuka kembali untuk umum akan semakin indah dan semakin banyak menarik wisatawan.

Sumber : http://koswisata.blogspot.co.id/2013/09/gunung-kelud.html
Gunung Pulosari

Gunung Pulosari adalah gunung berapi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Walaupun tidak ada data letusan yang pernah terjadi, tapi terdapat aktivitas fumarol yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter. (wikipedia).
Bagi masyarakat Banten, gunung Pulosari merupakan gunung penuh dengan mistis dan sangat kramat, disini banyak ditemui situs - situs kuno dalam bentuk batuan.
gunung ini memang tidak terlalu tinggi untuk pendakian tinggi gunung ini hanya 1346 Mdpl, sangat pendek memang diantara gunung - gunung lainnya  namun jangan salah trek dan jalurnya sangat menantang bagi para pendaki, menurut Mbah treknya itu seperti jalur gunung Cikuray dan gunung gede via putri. tanjakannya pun tinggi - tinggi.
untuk menuju ke gunung Pulosari ada beberapa opsi mau berkendaraan pribadi dengan motor/mobil atau naik angkutan umum jalurnya pun cukup mudah untuk dilalui, bagi yang ingin berkendara pribadi patokannya Pandeglang ke arah pertigaan Mengger, setelah sampai Mengger lurus ke arah Mandalawangi lurus terus sampai ke Pari, tidak jauh dari pasar Pari sekitar 2 - 3 km nanti ada plang tempat wisata pulosari.
Jika berkendara pribadi sekitar 3 jam - 4 jam dari arah Jakarta atau Tangerang, kalo dari serang sekitar 2 jam juga sampe ko.
Nah kalo ga mau cape kita bisa berkendara umum ko, naek mobil bis ke arah Labuan turun di pertigaan Mengger, lalu dilanjutkan naik angkot ke arah Pari, untuk harga angkutan umum Mbah kurang tau karena Mbah kesini naik motor biar menghemat dikit hehehe,,,,,,
dari jalan menuju Pos pemberangkatan lumayan jauh kalo jalan kaki, sekitar 2 Km lah,,,ya itung - itung pemanasan.
Sebelum memulai pendakian kita bisa istirahat dulu di warung - warung, kemarin sihh Mbah istirahat dulu di warung emak, disini kita bisa cek persiapan pendakian.
untuk masuk gunung ini kita dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 5000
Ok jika persiapan dan isirahat sudah selesai dan tidak ada yang kurang, mari kita langsung memulai pendakian.
Dari warung menuju kawah atau pos 3 kurang lebih sekitar 2 jam sampai 3 jam perjalana, ya itu semua sihh tergantung dari pendaki, kalo yang udah sering bisa 1,5 jam tapi kalo buat pemula sihh bisa 3 jam hehe...
awal perjalanan pun cukup lancar dan jalan masih ditata rapih dengan batu kali, kita akan melewati kebun milik warga. perjalanan ini belum penuh dengan rintangan - rintangan yang berarti.
di tengah perjalanan sekitar 1 jam perjalanan nanti kita akan melewati warung kembali dan disuguhi oleh air terjun putri atau curug putri.
Disini kita dapat mengambil air untuk perbekalan nanti di kawah untuk minum atau pun memasak, sebenernya sihh di kawah ada air namun sudah tercampur sama belerang jadi rasanya agak masam, namun ada juga yang menggunakan air di belerang ini untuk keperluan masak. bagi yang ingin badan tambah seger bisa mandi juga nihh di curug ini tapi saran Mbah sihh mandi nya nanti saja sewaktu turun nya, biar pegel - pegel nya ilang.

Nahhh jika udah selesai ambil air dan istirahat sejenak langsung deh kita melakukan perjalanan yang sesuangguh nya yang penuh dengan rintangan dan kondisi tanah yang menanjak. meurut Mbah tanjakan di gunung ini sama seperti di Cikuray, ibarat kata jidat ketemu lutut yang bikin perjalanan kita semakin menyenangkan dan mendabarkan (lebay mode on :D).

Curug Putri
Curug Putri


Idealnya perjalanan dari Curug Putri ke ke kawah membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. dengan perjalanan yang susah payah dengan jalan yang menanjak terus, namun jangan khawatir banyak bonus ko tidak kaya di cikuray hehe. . .
setelah sampai di kawah kita bisa langsung buka tenda disini, karena yang cocok untuk buka tenda di kawah ini, kalo udah ke atas lagi sulit menemukan tanah yang datar. jangan khawatir untuk buka tenda disini karena bau belerang nya tidak terlalu berbahaya ko. Namun saran Mbah sebaiknya buka tenda nya rada jauh dari sumber belerang dikarenakan tanah nya kalo malam mendekati pagi sangat panas, sebaiknya buka tenda yang terdapat rumput nya, soalnya Mbah waktu itu buka tenda di deket sumber kawah dikarenakan semua tempat sudah full ditempatin pendaki lain, dan itu dipastikan sangat panas sampai - sampai Mbah buka baju karena kegerahan dan kepanasan, baru kali ini Mbah mendaki gunung tidurnya sampai buka baju karena kegerahan.
perlu diketahui di kawah ini pun terdapat warung sederhana jadi bagi yang kehabisan bekal bisa beli juga di warung ini :D

Kawah

Pos 3 Kawah

Setelah semalaman istirahat, maka pagi - pagi kita harus udah bangun untuk mengejar sunrise atau Summit Attack ke puncak gunung Pulosari tapi kalo ga mau ya bisa rada siang menuju puncaknya. untuk menuju puncak dari kawah sekitar 1 jam - 1,5 jam perjalanan. untuk pemandangan di puncak ini kita bisa melihat laut dan gunung - gunung yang ada di sebelah nya, cukup indah ko pemandangannya. di puncak ini hanya dataran yang tidak cukup luas namun memanjang. puncak disini terdapat sebuah pemancar pemantau gempa.


Pulosari 1346 mdpl


Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari
Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari



Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari
Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari
Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari
Pemandangan diatas Puncak Gunung Pulosari

Sumbe : http://petualangbijak.blogspot.co.id/2014/03/pendakian-gunung-pulosari-banten.html
 
Mendaki Gunung Burangrang
 Image result for rute gunung burangrang bandung
     Gunung ini terletak di sebelah utara dari kota Bandung. Bersebelahan dengan gunung Tangkuban Perahu yang berada di sebelah timurnya. Mempunyai ketinggian 2064 meter diatas permukaan laut. Gunung ini adalah gunung purba. Saya kurang tahu kenapa disebut gunung purba, mungkin karena gunung ini sudah ada dari jaman prasejarah #ngasal.
Untuk dapat mencapai gunung ini, dari kota Bandung kita dapat mengambil angkutan umum ke arah Ledeng, lalu tinggal nyebrang dari terminal Ledeng ada angkot putih jurusan Ledeng – Parongpong. Parongpong adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat. Dari sini, dengan melihat ke arah utara kita sudah dapat betapa gagahnya gunung Burangrang di sebelah kiri dan gunung Tangkuban Perahu di sebelah kanannya. Biasanya puncak Burangrang tertutup oleh kabut.
Sedangkan untuk mendaki ke puncaknya, yang saya tahu terdapat 2 jalur pendakian yaitu pertama melewati gerbang Komando dan kedua melewati jalur legok haji. Disebut jalur komando mungkin karena jalur ini melewati daerah latihan Kopassus, sehingga untuk dapat naik ke gunung kita harus lapor dulu di pos pintu angin, sekitar 20 menit berjalan kaki dari gapura bertuliskan “KOMANDO” di sisi jalan raya Parongpong – Cisarua. Jalur ini sangat terkenal di kalangan pendaki pemula (mungkin) karena mempunyai trek yang lebih landai dan pemandangan yang lebih memukau dibandingkan jalur legok haji yang lebih curam dan hanya melewati rimbunan hutan saja.
Hari Sabtu, 14 Januari 2012, saya berdua dengan teman saya Rifqi FI09 mendaki gunung ini secara PP (pulang pergi tanpa camping). Kami berangkat dari gerbang belakang kampus ITB jam 7 naik angkot Cicaheum – Ledeng, lalu lanjut dengan angkot Ledeng – Parongpong yang ngetemnya super lama itu. Kira2 sampai di gerbang komando sekitar pukul 9 kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pos pintu angin kira2 20 menit menuju utara. Disana kami beristirahat sebentar sembari minta izin ke Burangrang oleh seorang anggota Kopassus. Dari pos itu terdapat dua jalur yaitu ke kanan dan ke kiri. Jalur kanan adalah jalur menuju Situ Lembang dan ke kiri jalur menuju puncak Burangrang.
Tepat setengah 10 kami mulai mendaki. Trek benar2 landai dan masih santai tidak terlalu menguras tenaga. Pemandangan yang dapat dinikmati adalah hutan pinus dan kokohnya Burangrang di sebelah kiri jalan. Kira-kira 10-15 menit melewati hutan pinus, vegetasi mulai berubah menjadi semak-semak lalu mulai memasuki hutan. Di dalam hutan trek masih landai dengan sesekali ada tanjakan. Karena malamnya hujan, tanjakan ini menjadi arena “perosotan” bagi kami berdua yang tidak memakai sepatu khusus trekking, malah Rifqi memakai sepatu futsal.
Makin keatas, hutan semakin padat dan sesekali jalan setapak dihalangi oleh pohon yang tumbang. Perpaduan gerakan mendaki dan merunduk menjadi sebuah kelaziman. Kira-kira setelah berjalan 1 jam, hutan semakin rimbun dan semakin basah karena kabut. Jalan setapak ini dibuat di punggungan sehingga di sebelah kiri dan kanan jalan dapat berupa jurang atau memiliki tanah yang lebih rendah. Waspadai jalanan yang licin yang mungkin saja dapat membuat kita terperosok. Setelah jalan 2 jam-an, di sebelah kanan dapat terlihat jelas (jika tidak ada kabut) pemandangan cekungan antara gunung Tangkuban Perahu dan Situ Lembang, indah sekali, sayang waktu itu kami berdua tidak membawa kamera sehingga perjalanan ini tidak ada dokumentasinya. Jika pembaca penasaran silahkan di googling saja fotonya, saya kira pemandangan ini adalah pemandangan favourite dan unik ketika mendaki Burangrang lewat jalur Komando.
Kabut juga sering turun di tempat yang tinggi ini. Kadang juga disertai oleh gerimis, sehingga wajib bawa jas hujan atau minimal jaket yang tahan air. Ketika mendekati puncak, vegetasi mulai berubah menjadi tumbuhan paku setinggi pinggang. Ada beberapa tanjakan curam sebelum sampai di puncak. Tanjakan ini berupa campuran batu dan tanah liat yang akan sangat licin jika hujan.
Kurang lebih pukul 12 siang kami telah sampai di puncak Burangrang. Pertanda anda sudah mencapai puncak adalah tugu triangulasi yang menandakan anda berada di ketinggian 2064 mdpl. Sayang masih ada saja vandalisme di tugu ini. Banyak coretan dan bahkan “relief-relief” nama diukir disana! Dari puncak Burangrang kita dapat melihat pemandangan kota Bandung di arah Tenggara (jika tidak tertutup kabut). Kota Bandung bagai kota yang digelar di dasar mangkok pegunungan yang mengelilinginya. Percayalah bahwa Bandung itu berada di cekungan dan dikelilingi oleh gunung-gunung. Melihat ke sedikit arah timur, ada gunung Manglayang yang menjadi target pendakian saya selanjutnya.
Kira-kira hanya setengah jam kami keatas, karena kabut mulai tebal dan hujan mulai turun, kami memutuskan untuk turun. Tapi kami tidak melalui jalur yang sama dengan berangkat, kami melalui jalur lain yaitu jalur legok haji yang langsung mengarah ke selatan dari puncak. Dan jalur ini curam. Bahkan ditengah jalan akan sering kita temui turunan yang membuat kita sedikit lompat karena tinggi sekali. Karena malamnya hujan, jalur ini sangat licin sekali. Saya berkali-kali terpeleset dan jatuh. Malah yang lebih parah saya sekali terpeleset jatuh terduduk, lalu meluncur ke bawah dan terguling-guling. Untung tidak ada luka yang berarti, hanya lecet-lecet sedikit. Saya perkirakan saya meluncur dari ketinggian kira-kira 2 meter.
Turunan yang curam ini akan terus ada hingga kami melewati 2 “terowongan” yang sebenarnya adalah tumbuhan yang membentuk terowongan. Jika vegetasi berubah dari hutan hujan menjadi semak-semak, anda sudah dekat dengan tepi hutan. Kira-kira setelah berjalan 2 jam 15 menit kami sudah keluar dari hutan. Kini kiri-kanan jalanan adalah padang rumput. Saya lihat ke belakang gunung Burangrang sangat kokoh dengan kabut di puncaknya. Jalur masih turun kebawah, lama-lama akan melewati perkebunan milik warga lalu akan berujung ke jalan beraspal suatu kampung (saya tidak tahu nama kampungnya). Dari jalanan kampung menuju jalan utama Parongpong Cisarua ternyata masih jauh. Beruntung kami mendapat tumpangan motor oleh penduduk setempat yang mau ke pertigaan SPN Cisarua. Disana kami naik angkot ke arah Parongpong, lanjut Ledeng dan pulang.
Mungkin ada beberapa tips dari saya
1. pastikan bawa air yang cukup. Selama diperjalanan mendaki saya tidak melihat sumber air
2. jangan lupa memakai sepatu trekking yang mempunyai sol yang tidak licin dan kasar
3. hati-hati tanaman berduri, banyak sekali di jalur legok. mungkin jika kita membawa golok akan sangat membantu

sumber : http://adrianpradana.com/2012/01/18/mendaki-gunung-burangrang-pp/

Bukit Sikunir Dieng

Diulas oleh : Wisata Dieng
Sikunir Dieng. Bukit Surga bagi para Pecinta Sunrise dan lanskap pemandangan alam.
Sikunir mungkin cuma bukit kecil, namun banyak kesan bisa didapat disini terutama kearena keindahan Golden Sunrisenya.
Sikunir Dieng tak pernah sepi dari pengunjung, Ratusan bahkan wisatawan berbondong ke tempat ini setiap minggunya. Bahkan di saat-saat tertentu seperti misalnya  acara Dieng Culture Festival, Tahun Baru dan libur Panjang, Jalur ke Sikunir mengalami macet, penuh sesak oleh kendaraan  para Pengunjung.

Rute / Akses ke Sikunir

Sembungan, sebuah desa tertinggi  di pulau jawa ini bisa dibilang basecampnya sikunir. Desa Sembungan merupakan titik start paling familiar yang digunakan para wisatawan untuk memulai pendakian ke Bukit Sikunir Dieng hingga Puncaknya demi mendapatkan pengalaman istimewa menjadi saksi detik-detik pergantian hari dan menyaksikan semburat mentari beranjak dari peraduan menciptakan pemandangan Istimewa serasa di puncak dunia.
Jika anda start dari Kawasan Wisata Dieng, maka dibutuhkan waktu sekitar limabelas hingga tigapuluh menitan menggunakan kendaraan (waktu perjalanan sangat dipengaruhi kondisi dan rute jalan yang dilalui ) untuk mencapai desa sembungan untuk kemudian dilanjutkan pendakian ke Puncak Sikunir yang kurang lebih memakan waktu setengah Jam.
Jika anda menginap di Desa sembungan, anda bisa langsung melakukan pendakian dari titik start tempat Parkir dekat Telaga Cebong.

sumber : http://panduanwisatadieng.com/wisata/bukit-sikunir/
Gunung Merbabu
      Gunung Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142M dpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita. Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, Kendang, Rebab, dan kawah Sambernyowo.
Terdapat 2 buah puncak yakni puncak Syarif (3119m) dan puncak Kenteng Songo (3142m). Puncak Gn.Merbabu dapat ditempuh dari Cunthel, Thekelan, (Kopeng / Salatiga) Wekas (Kaponan / Magelang) atau dari selo (Boyolali). Perjalanan akan sangat menarik bila Anda berangkat dari jalur Utara (Wekas, Cunthel, Thekelan) turun kembali lewat jalur selatan (Selo).
Pemandangan yang sangat indah dapat disaksikan disepanjang perjalanan tersebut. Banyak terdapat gunung disekitar gunung Merbabu, diantaranya Gn. Merapi, Gn.Telomoyo, Gn.Ungaran. Gunung Merbabu ini membentuk garis deretan gunung berapi ke arah utara Merapi - Merbabu - Telomoyo - Ungaran.
JALUR SELO
Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pendaki yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari Kopeng dan turun di Selo.
Untuk mendaki ataupun turun gunung Merbabu lewat jalur Selo sebaiknya membawa pemandu atau harus ada pendaki yang pernah melewati jalur ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya percabangan yang bisa menyesatkan pendaki. Meskipun nantinya akan sampai di juga perkampungan, namun sulit sekali mencari kendaraan umum dan tidak ada sumber air. Selain itu jalur yang salah akan melintasi sisi jurang terjal yang sangat berbahaya.
Untuk menuju ke Selo bisa ditempuh dari Magelang atau dari Boyolali. Namun lebih mudah memperoleh kendaraan umum dari Boyolali. Untuk menuju ke kota Boyolali dari Semarang naik bus ke Solo atau sebaliknya dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali.
Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang. Di Pasar ini terdapat patung Sapi yang melambangkan industri peternakan sapi yang menjadi andalan pendapatan masyarakat Boyolali.
Air bersih agak sulit di dapat di Selo, penduduk desa Lencoh yang berada di lereng gunung Merapi untuk memperoleh air bersih harus menyalurkan air bersih yang berasal dari gunung Merbabu. Sehingga di Selo jarang terdapat hotel, losmen, atau penginapan. Pendaki biasa menginap di basecamp pendakian Gn. Merapi maupun Gn. Merbabu.
Setelah mendaftar di Kantor Polisi Selo, untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal sekitar 1 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan. Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah. Truk tidak bisa mencapai basecamp karena ada portal dan jalan yang dilalui rawan longsor.
Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum mendaki gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi. Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi yang airnya mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang menginap, maka harus mengantri lama untuk ke kamar mandi.
Dari basecamp, pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus sehingga cukup rindang dan sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan.
Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di Mpitian yang berupa perempatan jalur.
Dari Mpitian masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di tikungan macan.
Di Tikungan Macan ini kita bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya berada disisi samping bukan lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal. Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis.
Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis bisa menjadi pengobat lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga jalur alternatif yang kelihatan sangat jelas namun sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan sisi jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.
Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki akan sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi padang rumput. Pemandangan sekitar di Padang Rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit Teletubies. Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga membentuk hutan yang rindang.
Pendaki bisa beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya hutan Edelweiss. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan karena tertutup bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri terdapat Gunung Kenong dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang runcing dan terjal.
Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu. Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang mencengangkan, karena kita memandang jalur medan terjal yang harus kita tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali. Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang yang keramat.
Sekitar 30 menit hingga 1 jam diperlukan perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal dan berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu. Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur.
Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

sumber : http://www.merbabu.com/gunung/gunung_merbabu_selo.php