Jumat, 25 September 2015


Gunung Slamet dengan ketinggian 3428 mdpl adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah.  Jalur pendakian pada Gunung Slamet tergolong cukup terjal dan jarang ditemukan air, jika ada itu merupakan rembesan atau genangan saja. Terdapat 4 kawah di puncak dan semuanya aktif mengeluarkan uap belerang.Jalur yg dilalui kali ini yaitu lewat Guci, bukan lewat jalur Bambangan atau Baturaden. Jalur ini masih jarang dilalui pendaki, dan dengan hutan yang masih alami.

Tim berjumlah 13 orang. 6 orang berangkat jumat yg terlebih dahulu naik kereta, 5 orang terpaksa naik bus karena kehabisan tiket kereta ekonomi. Dan mas Aming dan Iqbal yang asli brebes akan menjadi guide kami.
Jum’at, 25  November 2011
20.30
Setelah bertemu dengan Kodel di terminal Lebak Bulus, kami menuju loket bis yang menuju Purwokerto. Tapi bis terakhir tampaknya sudah berangkat. Yang ada hanya bis AC dengan harga Rp 165 ribu. Kamipun keluar terminal untuk menghindari calo-calo. Jam 9 malam kondektur bis ekonomi entah tujuan mana menghampiri kami. Setelah tawar menawar dan deal di ongkos 75 ribu kamipun menaiki bis Tri Mulia tersebut.
Isi bis masih tampak kosong, dan akibatnya kami harus ngetem dulu beberapa lama di terminal kampung rambutan dan pulogadung -__- Mendengar cerita beberapa penumpang, banyak yg terpaksa membayar mahal kepada calo2, mulai dari harga 85 ribu tujuan Cirebon sampai dengan harga 295 ribu tujuan Surabaya. Padahal bis tanpa plat tujuan ini ternyata hanya sampai diSolo. Kami yang semula akan turun di Purwokerto nanti akan diturunkan di Tegal -_-.
Sabtu, 26 November 2011
02.00
Bis berhenti di sebuah rumah makan di tepi jalur Pantura. Tampaknya supir kelelahan karena jalan yang macet parah.
06.00
Di daerah Losarang, Halim menelepon saya. Karena takut kemalaman dijalan mereka akan berangkat lebih dulu dari Brebes menuju Guci dan langsung naik. Kamipun terpaksa harus menyusul.
07.00
Di sebuah POM Bensin selepas kota Cirebon bis berhenti lagi. Selagi beberapa penumpang sibuk menuju WC umum, saya menghampiri seorang penumpang yang di Pulogadung tadi naik membawa keril. Setelah berbincang2 ternyata mereka hendak ke G. Lawu, katanya mau mengambil foto untuk lomba fotografi dengan tema 1 Suro.
09.00
Dari terminal Tegal kami menuju Purwokerto menumpang sebuah bis kecil. Setelah bilang kami akan turun di Pertigaan Yomani, kamipun membayar ongkos 10 ribu perak.
10.20
Di alfamart pertigaan Yomani, kami membeli tambahan logistik di lanjut dengan sarapan di sebuah warung makan. (Rp 5.000)
11.00
Setelah bertanya-tanya mencari info kepada ibu warung kami menyetop sebuah angkot yang menuju pertigaan Tuwel. (Rp 7.000)
11.30
Setelah pickup dipenuhi oleh anak-anak sekolah yang baru pulang, kamipun berangkat menuju Guci. (Rp 5.000 + ongkos masuk wisata guci Rp 5.000)
12.00
Di sebuah warung kami mengepak ulang keril dan ganti kostum sambil menunggu gerimis reda.
13.00
Perjalanan dimulai dengan menyusuri hutan pinus dan jalurpun terlihat jelas. Lumayan landai sampai pos satu, jalur berupa batu yg ditata rapi dengan kanan kirinya perkebunan penduduk.
13.56
Di Pos 1 kami mencoba mencari gas yang ditinggalkan untuk kami tapi nihil. Setelah melewati pos 1 jalur mulai sedikit terjal dan kontur tanah yg licin. Namun pemandangan di sepanjang jalur ini lebih istimewa dibandingkan dengan jalur manapun. Hutan di jalur Guci masih lumayan alami dan rapat.
Pos 1 – Pos 2 masih relatif landai dengan pohon berlumut dan dahan-dahan kering yg berguguran, banyak pula percabangan tapi tetap satu jalur.
15.05
Tiba di Pos 2
16.20
Sesampainya di pos 3 jalur mulai terasa berat, sehingga rombongan pun terpencar. Di jalur ini masih banyak pohon arbei setinggi manusia, dan suara burungpun menjadi nyanyian pengiring langkah.
Selain lembabnya udara jalur Guci masih banyak terdapat pohon-pohon besar yg tumbang, bahkan sesekali harus berjongkok untuk melewati pohon itu.
16.20
Tiba di pos 4.
19.30
Fisik saya pun akhirnya habis. Di tengah jalur yang cukup datar kami mendirikan tenda.
20.00
Istirahat
Minggu, 27 November 2011
00.00
Setelah packing tenda seadanya kamipun melanjutkan perjalanan. Perkiraan kami dalam waktu satu jam kami akan tiba di Plawangan dan bertemu dengan tim yang ngecamp di sana. Tapi baru 15 menit berjalan kami melihat tenda rombongan kami. Saya dan kodel pun langsung menyalakan kompor untuk memasak mi instan dan kopi untuk menghangatkan badan.
Menurut cerita halim dan ayu,  sekitar jam 6 Halim dan Mas Aming tiba di pos 5 dan memberitahu kalau fisik Grace sudah tidak memungkinkan untuk meneruskan pendakian. Beberapa orang akhirnya turun kembali ke pos 4 untuk menjemput Grace yg sudah hampir Hypotermia.
02.45
9 orang anggota tim siap berangkat untuk Summit Attack. Alhamdulillah cuaca cerah dengan langit bertabur bintang. Ayu  dan Grace ga ikutan summit karna kondisi fisik yg  tidak memungkinkan. Fajar dan Aming tinggal menemani mereka sambil jaga tenda.
Walaupun tanpa beban, trek yg terjal cukup membuat nafas saya, halim dan kodel ngos-ngosan sehingga kami tertinggal dibelakang. Dengan lambat tapi pasti kami menapaki jalur menuju plawangan.
03.30
Tiba di Plawangan, batas terakhir vegetasi. Trek tanah berubah menjadi pasir berbatu. Disini kami harus hati-hati dalam memilih pijakan karena pasir mudah merosot dan bebatuan banyak yg mudah terlepas. Ketika napas sudah tak bisa lagi dikontrol kamipun istirahat sejenak sambil memandangi kerlap-kerlip lampu peradaban jauh dibawah sana.
Angin kencang menerpa dari atas menerbangkah pasir dan debu.Bayangan gelap terbentang sepanjang pandangan kedepan, langit mulai berganti warna. Mentari mulai menampakkan sinarnya. Kami terus mengayun langkah. Santai saja dan tak terburu-buru.
Ketika sinar surya telah bersinar lebih terang, bayangan puncak mulai tampak diatas sana. Tampak asap belerang keluar dari sela-sela bebatuan. Rombongan depan bersemangat berjalan lebih cepat menuju puncak. Sedangkan saya tetap berjalan santai sambil sesekali berhenti mengatur nafas.
Akhirnya setelah 2 jam merangkak menyusuri jalur bebatuan, trek kini lebih didominasi oleh pasir dan kerikil. Puncak tak jauh lagi. Hanya tinggal beberapa langkah. Saya mempercepat ayunan kaki dan sampai menapaki puncak guci.



Sekitar jam 8 rombongan pun sudah turun kembali ke pos 5, ahh saya jadi kurang afdol ga muncak. Huhuhu!! Seru banget denger cerita mereka, jalur menuju Puncak Guci yg lebih-lebih terjalnya dan berpasir yg mengharuskan memakai masker, pasti udaranya pun lebih menipis!! Kata Yangga “gw aja berdiri sampe goyang-goyang saking kencengnya angin”, lah gimana gw yang kurus??? Rencananya kami mau pasang tiang pertanda Puncak Gunung Slamet, tapi apa daya hanya sanggup meletakkan tiang di Puncak Guci. Ahh yg penting sama-sama di Gunung Slamet, hehe.


Setelah mengisi energi dan beres-beres kami bersiap untuk turun kembali. Sangat tidak mudah untuk turun gunung dijalur yg terjal seperti ini, butuh ekstra kehati-hatian agar tidak terperosok. Semula saya berniat berlari turun. Tapi semakin lama lutut kanan saya mulai terasa ngilu. Terpaksa saya berjalan normal agar kondisi lutut tidak bertambah parah hingga akhirnya saya tercecer dibagian belakang.
Setelah sebentar istirahat untuk makan di Pos 1, gerimis pun turun.  Dan benar saja, lewat dari pos 1 hujan pun turun dengan derasnya. Karena tidak sempat memakai jas hujan, akhirnya kami mandi hujan dan semua basah kuyup.
15.00
Jalanan jadi licin dan penuh kubangan air. Tujuan kami yaitu langsung menuju pemandian air panas Guci, sekedar berendam meregangkan otot.
17.00
Menuju Tegal dengan pick-up carteran.
18.00
Tiba di Terminal Tegal
20.00
Brangkat menuju Pulogadung dengan Bis Dewi Sri AC (Rp 45.000)
02.30
Tiba di Pulogadung. Ngopi2 menunggu pagi tiba.
05.00
Menuju Grogol (Rp 5.000) disambung dengan bis ke Tangerang (Rp 2.500)
06.30
Tiba di rumah.

by : https://tigatitik.wordpress.com/2011/12/06/gunung-slamet-tegal-jawa-tengah-25-27-november/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar